Sertifikat HACCP wajib dimiliki oleh perusahaan yang bergerak di bidang pangan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari masyarakat. Namun, banyak perusahaan yang belum memahami cara mendapatkan sertifikat HACCP dengan mudah.
Tidak sulit untuk mendapatkan sertifikat tersebut, terlebih kalau perusahaan bekerja sama dengan lembaga yang menyediakan layanan sertifikasi HACCP. Supaya lebih memahaminya, sebaiknya simak penjelasan di bawah ini.
Apa itu Sertifikat HACCP?
Sebelum membahas lebih jauh tentang cara mendapatkan sertifikat HACCP dengan mudah, sebaiknya pahami apa yang dimaksud dengan HACCP.
HACCP sendiri merupakan kependekan dari Hazard Analysis and Critical Control Point. Pengertiannya adalah metode yang sudah diakui dan diterapkan secara internasional untuk memastikan keamanan dari produk-produk pangan.
Dengan kata lain, HACCP merupakan sebuah sistem manajemen yang digunakan untuk melakukan identifikasi, analisis, serta pengelolaan faktor bahaya, baik dalam sistem maupun proses produksi. Dimulai dari pemilihan bahan mentah, produksi, hingga distribusi sampai ke tangan konsumen.
Perusahaan bisa mengurangi bahkan menghilangkan risiko bahaya pada produk mereka dengan memanfaatkan standar dari HACCP.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa sertifikasi HACCP memiliki peran penting untuk menjamin produk pangan benar-benar aman untuk dikonsumsi, tidak menimbulkan bahaya, atau mengancam keselamatan konsumen.
Belakangan ini sudah banyak perusahaan besar dunia yang sudah menerapkan standarisasi HACCP. Hal ini dilakukan karena HACCP benar-benar memberikan banyak manfaat. Salah satu yang paling dirasakan adalah peningkatan kepercayaan dari masyarakat kepada perusahaan.
Prinsip Dasar HACCP
Penerapan standarisasi Hazard Analysis and Critical Control Point atau HACCP harus mengikuti prinsip dasarnya. HACCP sendiri memiliki 7 buah prinsip yang semuanya harus diterapkan oleh perusahaan sebelum melakukan proses sertifikasi. Berikut adalah penjelasan tentang prinsip-prinsip dasar HACCP.
1. Bahaya, Risiko, dan Pencegahan
Bahaya yang dimaksud dalam hal ini mencakup unsur mikrobiologis. Contohnya ada parasit, bakteri, dan virus yang merugikan. Ada pula unsur kimiawi, yaitu bahan-bahan atau zat kimia yang mengandung racun.
Selain itu juga ada bahaya yang bersifat fisik. Contohnya adalah keberadaan benda-benda asing yang tercampur dalam produk pangan.
Untuk mencegah adanya bahaya yang sudah dijelaskan di atas perlu dilakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan pada setiap proses, mulai dari produksi hingga siap dikonsumsi.
Terdapat 3 pendekatan dalam pelaksanaannya, yaitu keamanan pangan, sanitasi atau kebersihan, dan penyimpangan ekonomi.
2. Titik Kritis dalam Proses Produksi
Titik kritis atau critical control point (CCP) bisa jadi diartikan sebagai lokasi, langkah, atau tahap di dalam proses produksi yang memerlukan pengawasan. Pasalnya, apabila ada kelalaian yang terjadi pada titik kritis tersebut dapat berakibat pada berkurangnya keamanan produk pangan.
Untuk menemukan titik kritis ini, perlu dilakukan proses identifikasi terlebih dahulu. Dari hasil identifikasi tersebut baru diketahui apa saja titik kritis pada proses produksi yang memerlukan pengawasan secara ketat.
3. Batas Kritis
Selain menentukan titik kritis, batas kritis juga harus ditetapkan. Batas kritis yang dimaksud di sini berhubungan dengan batas-batas toleransi yang pantang untuk dilampaui. Penentuan batas ini dilakukan agar titik kritis berada dalam kendali.
Batas-batas toleransi tersebut bisa bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jika sudah melebihi batas maksimal toleransi, artinya sudah mencapai taraf yang berbahaya bagi produksi makanan.
4. Prosedur Pemantauan CCP
Dalam menerapkan titik kritis atau CCP diperlukan pemantauan secara terus menerus. Hal ini dilakukan supaya sistem tetap berada di dalam kendali. Prosedur pemantauan atau monitoring juga bisa diartikan sebagai tindakan terencana guna mengawasi serta menguji tingkat efektivitas pengendalian titik kritis.
Monitoring bisa memberikan peringatan dini apabila terjadi penyimpangan, mengurangi atau mencegah kerugian, membantu memecahkan dan melokalisi jika timbul masalah.
5. Koreksi
Tindakan koreksi merupakan usaha perbaikan terencana yang dilakukan untuk menanggapi hasil dari monitoring yang menunjukkan bahwa suatu titik kritis sudah tidak terkendali.
Jika terjadi penyimpangan, sebaiknya dikembalikan pada proses yang sebar seperti semula. Berikutnya, produk yang sudah dihasilkan dari proses produksi yang menyimpang harus melalui proses identifikasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk pangan tersebut berbahaya atau tidak.
6. Verifikasi Sistem HACCP
Verifikasi pada sistem HACCP merupakan tindakan yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa sebuah sistem HACCP sudah berjalan dengan efektif. Perlu diyakinkan juga apakah pelaksanaannya bisa dilakukan sesuai rencana atau memerlukan modifikasi.
Proses verifikasi bisa dilakukan melalui audit atau uji mikrobiologi pada produk pangan olahan yang dihasilkan dari proses produksi.
7. Dokumentasi
Dokumentasi atau pencatatan merupakan seluruh prosedur dan catatan yang berhubungan dengan prinsip-prinsip di atas serta penerapannya yang perlu didokumentasikan.
Pencatatan tersebut meliputi seluruh rancangan program CCP, produk serta proses produksinya, setiap bahaya, titik kritis, batas titik kritis, penyimpanan program CCP, metode pencegahan penyimpanan, penanggulangan, serta tindakan koreksi.
Catatan atau dokumentasi tersebut wajib untuk disimpan dan ditata dengan cara yang sistematis untuk memudahkan pencarian jika dibutuhkan pada kemudian hari.
Syarat Mendapatkan Sertifikat HACCP
Sebelum masuk ke pembahasan tentang cara mendapatkan sertifikat HACCP dengan mudah, ada beberapa syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi. Syarat ini perlu dipenuhi supaya bisa mendapatkan sertifikat.
Berikut adalah syarat-syarat bagi sebuah perusahaan yang ingin mendapatkan sertifikat HACCP:
- Perusahaan sudah paham dengan aturan pemerintah yang berlaku tentang jaminan mutu serta keamanan produksi pangan.
- Menerapkan sistem Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) yang sesuai dengan 7 prinsip dasar di atas.
- Mempunyai ruang lingkup yang bisa dijadikan sebagai lokasi kegiatan produksi. Baik sebagian maupun keseluruhan dari area tersebut.
- Bersedia untuk mengikuti seluruh proses sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Point berbeda untuk setiap jenis aktivitas produksi atau unit potensi bahaya meskipun masih berada di satu ruang lingkup manajemen yang sama.
- Perusahaan sudah mempekerjakan staf khusus yang bertugas sebagai penanggung jawab mutu dan jaminan keamanan produksi.
- Perusahaan wajib melengkapi persyaratan dokumen sebagai berikut:
- Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
- Akta pendirian perusahaan
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan
- Surat Izin Usaha
- Perusahaan aktif melaksanakan kegiatan produksi.
Cara Mendapatkan Sertifikat HACCP dengan Mudah
Kalau sudah memahami 7 prinsip dasar HACCP, sekarang adalah saat yang tepat untuk mengetahui prosedur atau cara mendapatkan sertifikat HACCP dengan mudah.
Hal ini sangat penting diperhatikan bagi Anda yang ingin mengambil sertifikasi ini. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini:
1. Pahami Persyaratan
Sebelum memulai langkah untuk mendapatkan sertifikat HACCP, perusahaan harus benar-benar memahami seluruh persyaratan yang disebutkan di atas.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk menunjuk delegasi untuk mengikuti aktivitas pelatihan 7 prinsip dasar Hazard Analysis and Critical Control Point. Bisa juga memanfaatkan layanan dari pihak ketiga. Agar lebih maksimal, perusahaan juga dapat mengkombinasikan dua hal tersebut.
Sekarang sudah banyak berdiri lembaga yang menyediakan latihan dan konsultasi penjamin mutu di ranah keamanan pangan. Salah satunya adalah EC Consulting ecconsulting.co.id. Lembaga ini berkomitmen untuk menyediakan in-house training food safety.
2. Mengembangkan dan Menerapkan Sistem HACCP
Selanjutnya, perusahaan wajib mulai melakukan pengembangan dan penerapan sistem Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Perusahaan sebaiknya membuat rancangan yang spesifik serta sesuai dengan bidang produksi dan jenis produk yang akan dihasilkan.
Dalam sertifikasi HACCP, hal di atas disebut dengan istilah ruang lingkup yang jenisnya meliputi beberapa hal berikut ini:
- Produk pangan berbahan biokimia
- Produk-produk susu
- Minuman selain susu
- Lemak dan minyak berikut emulsinya
- Produk pangan gizi khusus
- Buah dan sayuran
- Garam, saus, sup, rempah-rempah, produk protein, salad
- Serealia
- Pemanis (termasuk madu)
- Roti-rotian
- Ikan
- Daging
Rancangan, pengembangan, serta penerapan sistem HACCP dijalankan pada masing-masing ruang lingkup di atas secara spesifik.
3. Gap Analysis
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kekurangan pada sistem HACCP yang sudah diterapkan. Perlu dilakukan perbandingan antara sistem yang sudah berjalan dengan standar HACCP yang berlaku. Apakah sudah sesuai atau belum?
Untuk melakukan analisis ini, perusahaan dapat mendelegasikan pelaksana sistem HACCP. Bisa juga dengan memanfaatkan konsultan eksternal.
4. Kerja Sama dengan Lembaga Sertifikasi Terpercaya
Sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Point dilakukan oleh lembaga eksternal perusahaan yang independen, resmi, dan memiliki kewenangan. Dalam pemilihan lembaga pun tidak bisa sembarangan.
Lembaga tersebut harus memenuhi kualifikasi, standar, mempunyai akreditasi resmi, serta paham dengan setiap detail proses sertifikasi jaminan mutu.
5. Perusahaan Menjalani Audit
Selanjutnya, perusahaan akan menjalankan proses audit serta penilaian terhadap kebijakan dan prosedur keamanan pangan sesuai sistem HACCP yang berlaku. Audit terbagi menjadi 2 tahap, yaitu pemeriksaan dokumen dan dilanjutkan dengan inspeksi langsung ke lokasi produksi.
Saat audit langsung ke lokasi produksi akan ada beberapa proses sebagai berikut:
- Pemeriksaan secara menyeluruh di lokasi produksi
- Wawancara kepada pekerja untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap penerapan sistem.
- Pemeriksaan dokumentasi HACCP dan sampel sebagai bagian dari kelayakan implementasi sistem HACCP tersebut.
- Memberikan ulasan serta penilaian terhadap sistem HACCP termasuk kebijakan perusahaan, prosedur, dokumen, serta pencatatan.
6. Evaluasi dan Perbaikan
Auditor akan melakukan pencatatan terhadap semua kekurangan yang perlu dibenahi. Perusahaan diberi jangka waktu tertentu untuk melakukan perbaikan tersebut.
Selanjutnya, perusahaan wajib untuk melaporkan perbaikan yang sudah dilakukan kepada tim audit. Tim audit pun akan melakukan pemeriksaan guna menemukan bukti perbaikan dan memastikan bahwa sistem HACCP sudah diterapkan oleh perusahaan dengan baik.
7. Penerbitan Sertifikat HACCP
Seluruh proses sertifikasi di atas bisa berlangsung kurang lebih 1 hingga 12 bulan. Kemudian sertifikat HACCP akan diterbitkan. Sertifikat tersebut berlaku untuk 12 bulan ke depan atau lebih. Masa berlaku tersebut bergantung pada kualitas hasil audit serta lembaga sertifikasi itu sendiri.
Jika perusahaan kedapatan melakukan pelanggaran terhadap implementasi sistem, sertifikat HACCP bisa dicabut sewaktu-waktu.
Proses tidak terhenti ketika perusahaan sudah menerima sertifikat HACCP. Perusahaan juga harus terus melakukan pengawasan, penilaian, serta pengembangan, serta pembaruan pada sistem.
Audit juga akan tetap dilakukan oleh lembaga sertifikasi secara berkala dan rutin. Sistem HACCP wajib diperbarui apabila kebijakan dan kondisi bisnis berubah sewaktu-waktu.
Hubungi nomor WhatsApp berikut 087886003420 untuk mengetahui lebih detail tentang cara mendapatkan sertifikat HACCP dengan mudah. Anda juga bisa mengunjungi laman resminya di ecconsulting.co.id untuk mendapatkan bantuan mendapatkan sertifikat HACCP.